PENGARUH IKLIM
TERHADAP PERTUMBUHAN, REPRODUKSI DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH
Habib Ali Zamzami
200110110172
Fakultas Peternakan Universiatas
Padjadjaran, Jatinangor
I. PENDAHULUAN
Perkembangan peternakan sapi
perah di Indonesia diawali pada masa penjajahan Jepang dan Revolusi Fisik
kemerdekaan Indonesia (1942-1950), karena pada saat itu peternakan sapi perah
terbengkalai dan ditinggalkan pemiliknya. Sapi perah yang ada sebagian dipotong
dan sebagian lainnya sempat berkembang biak di masyarakat dan merupakan titik
tolak tumbuhnya peternakan rakyat sapi perah. (Dasuki, 1983; Soehadji, 2009)
Seiring berkembangnya peternakan
sapi perah. Upaya-upaya meningkatkan produksi susu untuk memenuhi kebutuhan
minimum protein hewani, maka banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan
untuk meningkatkan produksi susu dan kualitas susu yang dihasilkan. Berdasarkan
hal tersebut, dalam tulisan ini akan menjelaskan tentang pengaruh iklim
terhadap pertumbuhan, reproduksi, dan produksi susu sapi perah.
Faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh langsung terhadap hewan ternak yaitu iklim. Iklim memberikan corak
tersendiri kepada hewan ternak, misalnya saja hewan ternak yang hidup pada
iklim tropis akan berbeda dengan hewan ternak yang hidup pada iklim subtropis. Perbedaan
iklim sekarang sudah dapat diatasi di daerah-daerah tropis, penggunaan air
condition (AC) digunakan untuk mengendalikan dan menyesuaikan suhu di
lingkungan ternak yang berasal dari daerah beriklim subtropis.
II.
Iklim
Iklim adalah sintesis
atau kesimpulan dari perubahan nilai unsure-unsur cuaca dalam jangka panjang
pada suatu wilayah tertentu. Iklim mempunyai pengaruh yang besar terhadap peternakan
sapi perah, yaitu dapat membantu atau menganggu kelangsungan hidup dari ternak.
Iklim meliputi :
2.1. Curah hujan
Selama musim
hujan, rata-rata temperatur udara semakin rendah dan kelembaban semakin tinggi
dibandingkan musim kemarau. Curah hujan adalah faktor penting untuk produksi
tumbuhan yang dapat digunakan sebaga suplai pakan ternak.
Curah hujan
sangat penting bagi peternakan, khusunya ternak sapi perah. Dengan curah hujan
penyediaan air minum dan kelangsungan pengadaan makanan ternak sepanjang tahun
dan sebaiknya peternak mengetahui peta hujan. Curah hujan ini sangat berguna,
karena dengan begitu para peternak bisa merencanakan dan memanajemen dengan
baik masa birahi.
2.2. Temperatur
Temperatur
yang terlalu panas akan menyebabkan ternak perah tidak dalam zona nyaman
(comfort zone), idealnya sapi perah berada pada zona nyaman pada temperatur
15,56°-6,67°C. (Campbell dan Lasley, 1985). Akibat yang timbul karena ternak
perah tidak berada pada zona nyaman yaitu menurunnya nafsu makan, konsumsi
minum meningkat, perubahan tingkat metabolism, meningkatnya penguapan,
meningkatnya respirasi, perubahan konsentrasi hormon dalam darah, meningkatnya
temperatur tubuh, meningkatnya denyut jantung dan perubahan tingkah laku pada
ternak.
2.3. Kelembaban udara
Kelembaban
adalah perbandingan uap air yang ada pada udara jenuh pada tekanan dan suhu
yang sama. Kelembaban relative erat kaitannya dengan tingkat penguapan air dari
tubuh ternak ke lingkungan. (Siregar, 1993)
Kelembaban
udara yang terlalu tinggi sangat mempengaruhi kesehatan ternak, baik itu pada pernafasannya,
pertumbuhan parasit pada ternak, ataupun penyakit lainnya yang merugikan.
Kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperatur.
2.4. Angin
Dengan
kecepatan udara yang normal sangat baik untuk kesegaran ternak dan kecepatan
angin dapat juga digunakan untuk kincir angin yang dapat digunakan untuk
kebutuhan manusia dalam sumber listrik juga pengadaan air untuk daerah yang
kecepatan angin juga membantu ternak dalam melepaskan panas temperatur
tubuhnnya.
III. Iklim dan pengaruhnya terhadap ternak
perah
Pengaruh
iklim terhadap ternak terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Pengaruh Secara Langsung
3.1.1. Perilaku merumput
Lamanya waktu
merumput saat siang hari sangat dipengaruhi oleh iklim, bangsa, kualitas, tipe
mamalia, dan pastur yang tersedia (padang rumput). Jika ternak digembalakan
pada daerah bukan asalnya, maka masa merumput akan berkurang .
3.1.2. Pengunaan makanan dan pengambilan
makanan
Jika suatu
tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan mempengaruhi pengambilan
makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit makan
karena akan lebih banyak minum. Jika temperatur lebih dari 40°maka ternak akan
berhenti memamah biak.
3.1.3. Air yang diminum (water intake )
Air sangat
penting bagi ternak sebab air mempunyai peran yang penting dalam metabolisme
ternak, selain itu air juga membantu ternak melepaskan panas tubuhnya secara
konduksi dan penguapan, keperluan air ini akan meningkat apabila temperatur
naik.
3.1.4. Mempengaruhi efisiensi pengunaan
makanan
Ternak dapat
mengalami heat stress apabila iklim suatu tempat panas, sehingga ternak tidak
banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil.
3.1.5. Hilangnya zat-zat makanan
Semakin
sering ternak berkeringat dan mengeluarkan air ludah maka akan semakin banyak
zat makanan yang hilang. Ternak mamalia apabila mereka berkeringat maka mereka
akan kehilangan air dan mineral dari dalam tubuhnya.
3.1.6. Pengaruh terhadap pertumbuhan
Menurunnya nafsu makan pada ternak disebabkan temperatur yang sangat
tinggi akibatnya feed intake ternak pun akan menurun dan juga mempengaruhinya
lamanya merumput dan akhirnya juga mempengaruhi produktififtas dari ternak.
3.1.7. Pengaruh iklim terhadap produksi
susu
Sapi perah
dapat menghasilkan susu 56 % pada daerah subtropics, berbeda dengan daerah
tropis sapi perah lebih sedikit menghasilkan susu. Iklim juga sangat mempengaruhi
kandungan susu, lemak, bahan kering.
3.1.8. Pengaruhi tingkah laku ternak
Iklim dapat
mengakibatkan ternak mengalami stress yang dapat dilihat dari tingkah laku
ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang dapat
menyebabkan strees pada ternak.
Faktor Internal terdiri dari :
penyakit ,vaksinasi ,penyapihan.
Faktor Eksternal terdiri dari :
cuaca ,makanan dan lingkungan
2. Pengaruh Secara Tidak Langsung
3.2.1. Kualitas dan kuantitas makanan yang
tersedia
Seperti: makanan
yang dimakan, air yang diminum, dan mempengaruhi kandungan gizi dari tanaman
yang dimakan serta daya cerna yang rendah karena serat kasarnya sangat tinggi
akan mempengaruhi daya produksi menjadi rendah
3.2.2. Adanya parasit dan penyakit
Lingkungan dengan
panas dan kelembaban yang tinggi merupakan tempat yang baik bagi jamur,
parasit, nyamuk, lalat, dan penyakit lain. Pengaruh iklim secara tidak langsung
terhadap parasit penyakit karena pada daerah tropis yang curah hujannya hanya
cukup untuk tumbuhnya semak-semak. Dengan adanya semak-semak menyebabkan
berkembangbiaknya nyamuk yang dapat mengakibatkan penyakit tidur dan dapat
menyebabkan kematian yang mempengaruhi proses metabolisme ternak terserang.
4. Kesimpulan
Iklim
mempunyai pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap peternakan sapi
perah. Iklim merupakan faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan
produksi susu sapi perah.
TENTANG
PENULIS

Tahun
2010 aktif dalam organisasi Pramuka sebagai Juru Adat dan Organisasi Intra
Sekolah sebagai Subseksi Sepak Bola. Selain organisasi di sekolah, aktif
sebagai salah satu peserta didik kursus bahasa inggris.
Tahun
2012 aktif sebagai anggota pramuka Universitas Padjadjaran dan Ikatan Keluarga
Mahasiswa Majalengka sebagai wakil ketua.