Minggu, 29 April 2012

Pengaruh Iklim Terhadap Ternak Perah

PENGARUH IKLIM TERHADAP PERTUMBUHAN, REPRODUKSI DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH
Habib Ali Zamzami
200110110172
Fakultas Peternakan Universiatas Padjadjaran, Jatinangor

I.       PENDAHULUAN
Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia diawali pada masa penjajahan Jepang dan Revolusi Fisik kemerdekaan Indonesia (1942-1950), karena pada saat itu peternakan sapi perah terbengkalai dan ditinggalkan pemiliknya. Sapi perah yang ada sebagian dipotong dan sebagian lainnya sempat berkembang biak di masyarakat dan merupakan titik tolak tumbuhnya peternakan rakyat sapi perah. (Dasuki, 1983; Soehadji, 2009)
Seiring berkembangnya peternakan sapi perah. Upaya-upaya meningkatkan produksi susu untuk memenuhi kebutuhan minimum protein hewani, maka banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan untuk meningkatkan produksi susu dan kualitas susu yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut, dalam tulisan ini akan menjelaskan tentang pengaruh iklim terhadap pertumbuhan, reproduksi, dan produksi susu sapi perah.
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh langsung terhadap hewan ternak yaitu iklim. Iklim memberikan corak tersendiri kepada hewan ternak, misalnya saja hewan ternak yang hidup pada iklim tropis akan berbeda dengan hewan ternak yang hidup pada iklim subtropis. Perbedaan iklim sekarang sudah dapat diatasi di daerah-daerah tropis, penggunaan air condition (AC) digunakan untuk mengendalikan dan menyesuaikan suhu di lingkungan ternak yang berasal dari daerah beriklim subtropis.

II.                Iklim
Iklim adalah sintesis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsure-unsur cuaca dalam jangka panjang pada suatu wilayah tertentu. Iklim mempunyai pengaruh yang besar terhadap peternakan sapi perah, yaitu dapat membantu atau menganggu kelangsungan hidup dari ternak. Iklim  meliputi :
            2.1. Curah hujan
Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara semakin rendah dan kelembaban semakin tinggi dibandingkan musim kemarau. Curah hujan adalah faktor penting untuk produksi tumbuhan yang dapat digunakan sebaga suplai pakan ternak.
Curah hujan sangat penting bagi peternakan, khusunya ternak sapi perah. Dengan curah hujan penyediaan air minum dan kelangsungan pengadaan makanan ternak sepanjang tahun dan sebaiknya peternak mengetahui peta hujan. Curah hujan ini sangat berguna, karena dengan begitu para peternak bisa merencanakan dan memanajemen dengan baik masa birahi.
2.2. Temperatur
Temperatur yang terlalu panas akan menyebabkan ternak perah tidak dalam zona nyaman (comfort zone), idealnya sapi perah berada pada zona nyaman pada temperatur 15,56°-6,67°C. (Campbell dan Lasley, 1985). Akibat yang timbul karena ternak perah tidak berada pada zona nyaman yaitu menurunnya nafsu makan, konsumsi minum meningkat, perubahan tingkat metabolism, meningkatnya penguapan, meningkatnya respirasi, perubahan konsentrasi hormon dalam darah, meningkatnya temperatur tubuh, meningkatnya denyut jantung dan perubahan tingkah laku pada ternak.
2.3. Kelembaban udara
            Kelembaban adalah perbandingan uap air yang ada pada udara jenuh pada tekanan dan suhu yang sama. Kelembaban relative erat kaitannya dengan tingkat penguapan air dari tubuh ternak ke lingkungan. (Siregar, 1993)
Kelembaban udara yang terlalu tinggi sangat mempengaruhi kesehatan ternak, baik itu pada pernafasannya, pertumbuhan parasit pada ternak, ataupun penyakit lainnya yang merugikan. Kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperatur.
2.4. Angin
Dengan kecepatan udara yang normal sangat baik untuk kesegaran ternak dan kecepatan angin dapat juga digunakan untuk kincir angin yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia dalam sumber listrik juga pengadaan air untuk daerah yang kecepatan angin juga membantu ternak dalam melepaskan panas temperatur tubuhnnya.

III. Iklim dan pengaruhnya terhadap ternak perah
Pengaruh iklim terhadap ternak terbagi menjadi 2, yaitu :
1.  Pengaruh Secara Langsung
3.1.1. Perilaku merumput
Lamanya waktu merumput saat siang hari sangat dipengaruhi oleh iklim, bangsa, kualitas, tipe mamalia, dan pastur yang tersedia (padang rumput). Jika ternak digembalakan pada daerah bukan asalnya, maka masa merumput akan berkurang .
3.1.2. Pengunaan makanan dan pengambilan makanan
Jika suatu tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan mempengaruhi pengambilan makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit makan karena akan lebih banyak minum. Jika temperatur lebih dari 40°maka ternak akan berhenti memamah biak.
3.1.3. Air yang diminum (water intake )
Air sangat penting bagi ternak sebab air mempunyai peran yang penting dalam metabolisme ternak, selain itu air juga membantu ternak melepaskan panas tubuhnya secara konduksi dan penguapan, keperluan air ini akan meningkat apabila temperatur naik.
3.1.4. Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan
Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu tempat panas, sehingga ternak tidak banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil.
3.1.5. Hilangnya zat-zat makanan
Semakin sering ternak berkeringat dan mengeluarkan air ludah maka akan semakin banyak zat makanan yang hilang. Ternak mamalia apabila mereka berkeringat maka mereka akan kehilangan air dan mineral dari dalam tubuhnya.
3.1.6. Pengaruh terhadap pertumbuhan
Menurunnya nafsu makan pada ternak disebabkan temperatur yang sangat tinggi akibatnya feed intake ternak pun akan menurun dan juga mempengaruhinya lamanya merumput dan akhirnya juga mempengaruhi produktififtas dari ternak.
3.1.7. Pengaruh iklim terhadap produksi susu
Sapi perah dapat menghasilkan susu 56 % pada daerah subtropics, berbeda dengan daerah tropis sapi perah lebih sedikit menghasilkan susu. Iklim juga sangat mempengaruhi kandungan susu, lemak, bahan kering.
3.1.8. Pengaruhi tingkah laku ternak
Iklim dapat mengakibatkan ternak mengalami stress yang dapat dilihat dari tingkah laku ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang dapat menyebabkan strees pada ternak.
Faktor Internal terdiri dari : penyakit ,vaksinasi ,penyapihan.
Faktor Eksternal terdiri dari : cuaca ,makanan dan lingkungan


2. Pengaruh Secara Tidak Langsung
3.2.1. Kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia
Seperti: makanan yang dimakan, air yang diminum, dan mempengaruhi kandungan gizi dari tanaman yang dimakan serta daya cerna yang rendah karena serat kasarnya sangat tinggi akan mempengaruhi daya produksi menjadi rendah
3.2.2. Adanya parasit dan penyakit
Lingkungan dengan panas dan kelembaban yang tinggi merupakan tempat yang baik bagi jamur, parasit, nyamuk, lalat, dan penyakit lain. Pengaruh iklim secara tidak langsung terhadap parasit penyakit karena pada daerah tropis yang curah hujannya hanya cukup untuk tumbuhnya semak-semak. Dengan adanya semak-semak menyebabkan berkembangbiaknya nyamuk yang dapat mengakibatkan penyakit tidur dan dapat menyebabkan kematian yang mempengaruhi proses metabolisme ternak terserang.
4. Kesimpulan
Iklim mempunyai pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap peternakan sapi perah. Iklim merupakan faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi susu sapi perah.
TENTANG PENULIS
167842_196871220325580_100000081111008_765896_5384758_n.jpg            Habib Ali Zamzami. Lahir di Majalengka, 16 Mei 1993. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Lulusan Taman kanak-kanak Budi Asih III (1999).Sekolah Dasar Babakanjawa I (2005), SMP Negeri Majalengka (2008), SMA Negeri 1 Majalengka (2011).
            Tahun 2010 aktif dalam organisasi Pramuka sebagai Juru Adat dan Organisasi Intra Sekolah sebagai Subseksi Sepak Bola. Selain organisasi di sekolah, aktif sebagai salah satu peserta didik kursus bahasa inggris.
            Tahun 2012 aktif sebagai anggota pramuka Universitas Padjadjaran dan Ikatan Keluarga Mahasiswa Majalengka sebagai wakil ketua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar